
9 Tips Cerdas dan Bijaksana bagi Ortu Sikapi KLB Difteri
Penghujung tahun 2017
diwarnai dengan merebaknya penyakit difteri.
Laporan penyakit ini berdatangan dari seantero negeri. Jumlah kasus
meningkat pesat melebihi angka 700 sepanjang tahun. Tentu saja status Kejadian
Luar Biasa (KLB) ini sangat mengkhawatirkan dan perlu diwaspadai
oleh seluruh masyarakat, terutama orang tua.
Dr.
Dominicus Husada, Sp.A(K) dari UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), membeberkan 8 fakta penting mengenai KLB difteri di
Indonesia, seperti dikutip dari website resmi idai.or.id, Jumat (29/12/2017).
1.
Difteri adalah penyakit mematikan
Sebelum
vaksin ditemukan, sekitar separuh penderita meninggal dunia. Pada zaman itu
beberapa orang terkenal diduga juga meninggal karena penyakit difteri. Situasi
berubah dramatis sejak vaksin ditemukan.
2.
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
Bakteri
ini mampu menghasilkan racun yang merusak sel di tingkat lokal maupun
menyeluruh. Di tingkat lokal, yang tersering terlihat adalah bercak atau
selaput putih kotor, terutama di dalam rongga mulut. Secara menyeluruh,
racun difteri sering
menyerang jantung dan menyebabkan kematian.
3.
Difteri dapat dicegah
KLB Difteri, Bagaimana
Orangtua Menyikapinya (Dok. Istimewa)
Salah satu upaya pencegahan
difteri paling penting adalah melalui imunisasi. Vaksin difteri adalah salah
satu vaksin tertua yang masih digunakan hingga saat ini. Kemampuan vaksin ini
sangat baik.
Vaksin
tidak cukup diberikan hanya 3 kali. Sedikitnya, seseorang harus menerima 6-7
kali dalam hidupnya.
4.
Penularan utama difteri adalah melalui percikan cairan atau ludah (droplet)
Penyakit
ini tidak menular untuk jarak yang relatif jauh.
5.
Difteri dapat menyerang semua organ
Di
manapun yang diserang pasti akan terlihat selaput atau bercak putih dengan
persyaratan tertentu. Seandainya meragukan, penilaian dari orang yang lebih
berkompeten sangat penting.
6. Pengobatan
difteri terdiri dari beberapa unsur
Di
antaranya adalah isolasi, antiracun, antibiotika, pengobatan keluhan tambahan,
melengkapi imunisasi, dan pengobatan komplikasi.
7. Karena
menular, pada setiap kasus difteri selalu dilakukan penelusuran orang terdekat
di lingkungan penderita
Kelompok
yang dievaluasi adalah orang serumah, teman sekelas, rekan sekantor, teman
sepermainan, dan lainnya. Kepada mereka idapat diberikan upaya pencegahan,
imunisasi, serta pemeriksaan hapusan dari hidung dan tenggorok.
8. Ada
lebih dari 20 provinsi yang terdampak tahun 2017
Daerah
dengan jumlah kasus terbanyak sampai detik ini adalah Jawa Timur dan Jawa
Barat.
Cara ortu menyikapi KLB difteri
Difteri Juga Incar Orang
Dewasa, Waspadalah!
Menyikapi beberapa fakta
menakutkan seputar KLB difteri, Dr. Dominicus Husada, Sp.A(K)
mengimbau kepada orangtua untuk memperketat pengawasan kepada buah hatinya di
rumah.
Lalu,
bagaimana sebaiknya orangtua menyikapi hal ini? Simak penjelasannya.
1. Selalu
memperbaharui status imunisasi anak
Periksalah
data imunisasi anak secara berkala. Jika telah tiba saat imunisasi, segera bawa
ke sarana kesehatan. Jika terlambat, imunisasi tetap dapat diberikan.
2.
Hindari kerumunan banyak orang dan menggunakan masker untuk mengurangi kemungkinan
penularan di tempat umum
Secara
fisik, orang yang membawa bakteri difteri di tubuhnya tidak akan dapat
dibedakan dengan mereka yang sehat. Kewaspadaan perlu lebih ditingkatkan.
3. Jika
anak sakit, selalu cek rongga mulut
Minta
anak membuka mulutnya. Jika nampak lapisan atau bercak putih, segera bawa anak
berobat. Semua difteri selalu ditandai dengan bercak putih namun tidak semua
bercak putih adalah difteri.
4.
Mengikuti petunjuk petugas kesehatan
Dengar
dengan seksama apa yang disarankan oleh petugas medis, baik dalam hal
pencegahan, diagnosis, serta pengobatan.
5.
Orangtua sebaiknya tetap tenang dan tidak perlu panik
Semua hal
akan menjadi lebih terarah bila dilakukan dengan tenang. Melakukan upaya
pencegahan, memeriksakan secara dini anak sakit, serta mengupayakan pengobatan
sesegera dan setepat mungkin adalah hal penting dalam menghadapi penyakit
difteri.
6.
Apabila ada keluarga yang sakit, seluruh anggota keluarga dan orang yang
tinggal di rumah yang sama perlu ditelusuri
Penelusuran
mencakup pemeriksaan hidung-tenggorok, pemberian obat pencegahan, dan
melengkapi imunisasi. Kegiatan ini dilakukan terkoordinir oleh petugas dinas
kesehatan setempat.
7.
Menyikapi berita miring atau gosip atau hoax menyangkut
difteri dan imunisasi secara bijaksana
Setiap
berita perlu dievaluasi kebenarannya, bahkan yang berasal dari orang yang kita
percayai sepenuhnya. Disarankan berita di media sosial atau media massa tidak
langsung disebarluaskan sebelum dibuktikan kebenarannya.
8. Hanya
menggunakan sumber terpercaya untuk memperoleh informasi mengenai difteri serta
imunisasi
Sumber
ini bisa berasal dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia,
Rumah Sakit terakreditasi, Kementerian Kesehatan RI, serta media massa terkemuka
dengan reputasi baik.
9.
Mengikuti petunjuk petugas kesehatan sekiranya memang terkena penyakit difteri
Aturan
isolasi, lama pengobatan, variasi jenis obat, kesulitan dalam pengobatan, serta
beberapa hal lain akan menjadi jauh lebih baik jika dikerjakan sepenuhnya dalam
koordinasi dengan petugas kesehatan.