
Ini yang bisa menyebabkan Pria Stress (PTSD)
Selama ini yang kita tahu PTSD atau post-traumatic stress disorder hanya dialami tentara yang baru pulang dari medan pertempuran ataupun terjebak dalam konflik berkepanjangan di daerahnya seperti di Palestina. Padahal siapapun bisa terserang PTSD.
Hampir semua pria bisa saja terserang PTSD,
meskipun mereka bukanlah tentara, apalagi sampai dikirim ke medan perang.
Sebuah penelitian dari Harvard University mengungkap, tiga dari lima pria
mengalami sedikitnya satu trauma besar sepanjang hidupnya.
Berikut kejadian yang mempengaruhinya :
1. Dipecat
John A Fairbank, PhD, profesor psikiatri dari
Duke University Medical Center menyarankan agar orang-orang yang mendadak
dipecat atau kehilangan pekerjaan sebaiknya tetap melakukan rutinitasnya
sehari-hari supaya tetap fokus.
Dan studi lain dari Penn State University
menambahkan, bila muncul rasa cemas, redakan dengan olahraga intens serta makan
kacang. Sebab mengonsumsi kacang sebanyak sepertiga mangkuk dapat mencegah
naiknya tekanan darah yang biasanya timbul karena stres.
2. Perampokan
Penelitian dari Penn State University
mengungkap bahwa kenangan emosional seperti habis dirampok akan membuat otak
seseorang menjadi terlalu aktif, terutama di bagian yang mengatur rasa takut.
Akibatnya orang yang bersangkutan menjadi paranoid.
Menurut studi lain yang dipublikasikan dalam
Journal of Clinical Psychology, salah satu cara untuk mengurangi paranoid ini
adalah menuliskan tentang pengalaman traumatis itu.
3. Korban kecelakaan
Cedera pada fisik yang Anda dapatkan saat
kecelakaan bisa diatasi dengan solusi jangka pendek. Tim peneliti dari
University of Miami mengungkapkan, salah satunya adalah dengan dipijat. Menurut
penelitian, pijat dapat menurunkan kadar hormon stres atau kortisol dalam tubuh
hingga sepertiganya.
"Sedangkan untuk solusi jangka panjang,
fokus pada fakta yang terjadi pada saat kecelakaan seperti siapa penyebab
kecelakaan dan apa yang Anda lakukan sebelum terjadi kecelakaan, dan berpikir
logis. Dengan begitu Anda tidak perlu terlalu merasa bersalah atau sebaliknya
menjadi paranoid," saran Mark Lerner, Ph.D., direktur National Center for
Crisis Management.
4. Menabrak seseorang
Anda memang bersalah tapi jangan sampai rasa
bersalah ini terlalu menguasai Anda. Pastikan saja Anda bertanggung jawab dan
yakinkan bila Anda tidak bermaksud melakukannya.
"Belajar dari kesalahan seperti ngebut
atau kurang memperhatikan jalan. Dan ubahlah kebiasaan itu agar bisa membayar
rasa bersalah Anda," kata Loretta Malta, Ph.D. dari Weill Cornell Medical
College.
5. Kematian orang yang dicintai
George Bonanno, PhD, profesor psikologi dari
Columbia University punya cara jitu untuk meredakan duka yang mendalam karena
ditinggal orang terkasih.