
Depresi Lebih Berisiko Serangan Jantung Dibanding Darah Tinggi
Suatu riset yang dilakukan selama 10 tahun di
Jerman menyatakan, 15 persen serangan jantung disebabkan oleh depresi. Untuk bisa
melihat konteksnya, 21 persen serangan jantung disebabkan
obesitas, dan 8,4 persen timbul karena darah tinggi.
Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) depresi mempengaruhi 350 juta orang di seluruh dunia. Dan
walaupun kita tidak perlu menarik hubungan depresi dengan
serangan jantung untuk bisa lebih serius menanggapi gangguan jiwa, studi ini
menambah kekuatan argumen bahwa depresi (untuk beberapa orang) bukan hanya
sekedar penyakit kejiwaan, tapi juga penyakit fisik.
Selama jangka waktu 10
tahun, satu tim dari Technical University di Munich, dipimpin oleh Profesor
Karl-Heinz Ladwig, menganalisa data dari 3.428 ribu pasien pria berusia 45-74
tahun.
Mereka memantau efek depresi pada
jantung dan membandingkan dengan empat faktor risiko yang lain: obesitas,
merokok, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Hasilnya menunjukkan,
depresi menyebabkan 15 persen dari kematian (557 orang meninggal selama studi
ini berlangsung).
Penelitian lanjutan
dibutuhkan untuk menentukan, seberapa banyak hal ini yang disebabkan oleh
faktor fisiologis, seperti: meningkatnya hormon stres (yang bisa meningkatkan
formasi plak di arteri), tingginya kadar kortisol dan glukosa, meningkatnya
produksi radikal bebas dan asam lemak, yang kemudian menyebabkan kerusakan pada
dinding pembuluh darah.
Studi ini juga mengakui, serangan jantung juga bbisa disebabkan oleh gaya hidup buruk yang
biasanya diterapkan oleh orang yang depresi. Sebagai contoh: penggunaan alkohol
dan narkoba, merokok, diet yang buruk dan kurangnya olahraga.